![]() |
Revolusi mental adalah revolusi kinerja, mulai dari tingkat bawah (baca:;desa) Ilustrasi: dok/kayis |
Artikel sangat pendek ini merupakan refleksi atas serangkaian fenomena yang terjadi di sekitar (baca: desa) kita.
Momentum HUT ke-80 RI tahun 2025 ini sepatutnya menjadi medium refleksi diri dalam segala konteks aktivitas.
MERDEKA atau MACET
Saya teringat ucapan seorang teman perihal kata 'macet'. Bahwa macet dikaitkan dengan 'sengaja tidak bergerak' atau 'sengaja plonga-plongo'.
Apakah itu di desa kita? Teman saya itu tersenyum. Pahit. Super getir!
Okelah! Saya mencoba ngramesi, bahwa 'macet' adalah kondisi sakit sosial akut dengan gejala; tak sadar tupoksi, seneng maido diajak jalan alasan loro (sakit).
OPO BENER DESONE DHEWE?
Lagi-lagi teman saya tersenyum sinis. Sambil nyruput kopi dia bilang;
"Nek gak akut, deso mesti kompak. Aparatur'e peka kondisi, kaya ide. Ora ndlahom terus lali tupoksi," ungkapnya sok nyengit.
Mungkin kalau kita berani jujur pada diri sendiri; ada benarnya juga.
Tapi bagi yang tak terbiasa jujur pada diri sendiri; wes ngene ae, lapo repot-repot mikir penduduk..!
Ok sampai di sini dulu artikel 'pemanasannya', Kalau benar, saatnya Revolusi Mental. Merdeka atau Macet..! -cs/km
Artikel Lainnya:
0 Komentar