![]() |
Fogging wujud kegagalan bina kesehatan secara massif. (Ilustrasi: Pexels) |
Morosunggingan, KaDes - Artikel ini bukan mewakili suara Pemerintah atau Lembaga Desa Morosunggingan.
Spirit jurnalisme warga adalah membuka ruang dialektika menuju tata kelola sosial kemasyarakatan yang lebih baik.
Terkait fogging, yang biasanya dilakukan akhir tahun (hampir tiap Desember), termasuk di wilayah Kecamatan Peterongan, memunculkan persepsi ironis.
Artikel Terkait: Ahli Kesehatan: Fogging Bahaya...! Tidak Dianjurkan
Kata Tokoh Masyarakat
Disimpulkan dari 'jagongan' sambil ngopi, bahwa fogging yang akan dilakukan di Desa Morosunggingan dan mungkin desa-desa lain, ternyata memunculkan pemikiran ironik.
Pertama; Fogging akhir tahun, menunjukkan Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) tidak bekerja.
Tidak akan ada Kejadian Luar Biasa (KLB) DB, jika konsep tata kelola hidup sehat dilakukan dan diawasi dengan benar oleh pemangku kepentingan.
Kenapa harus mengeluarkan anggaran untuk Jumantik, kalau ujungnya 'diserahkan' pada fogging?
Kedua; Fogging akhir tahun, terkesan hanya 'sengaja' menghabiskan anggaran sementara nyamuk masih berkeliaran.
Ketiga; Ironis lagi, mungkin ini 'kekhilafan' pola pikir secara nasional, justru yang menyarankan fogging adalah instansi kesehatan.
Semestinya, instansi kesehatan memiliki langkah preventif yang berkesinambungan sehingga bukan dengan menebar racun (baca; fogging).
Baca Juga: Pengelolaan Anggaran Desa: Stagnan Gegara Cari Aman
Solusi Kreatif
Diakhir jagongan, muncul ide, mengapa tidak menambah anggaran untuk Jumantik? Sehingga tugasnya optimal menjaga desa bebas jentik.
Sambil membubarkan diri, para 'peserta jagongan' bilang; Ah...ide kita itu omong kosong! - tim / kabar desa.
Baca Juga: WAJAH BARU ' KADES MOROSUNGGINGAN'
0 Komentar