MOROSUNGGINGAN, KaDes - Membuat masyarakat lebih berdaya secara ekonomi menjadi atensi pemerintah secara nasional. Beragam program terkait pemberdayaan terus digelontorkan demi meningkatkan harkat ekonomi masyarakat, khususnya pedesaan.
Namun sayang, tidak semua aparatur desa peka terhadap hal tersebut. Sebagai contoh, sebuah kenyataan miris terjadi di Desa Morosunggingan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang - Jawa Timur. Pegiat UMKM di desa ini, belum mendapat dukungan secara riil, kalau pun ada boleh dibilang kurang tepat sasaran.
Akhir tahun 2021 lalu, lembaga mitra desa (LPMD) menggelar pelatihan UMKM dalam rangka menggenjot dan menggeliatkan ekonomi kerakyatan melalui "penciptaan" produk unggulan. Yang menjadi pilihan para pegiat UMKM adalah kripik berbahan buah pare (kripik pare).
Jejaring pun dibuka dari hulu hingga hilir. Support stimulan modal, proses pembuatan (pelatihan), hingga pemasaran produk telah dilakukan dan menemukan titik terang. Tinggal satu langkah; produksi...dan... produksi.
Namun ironisnya, pihak pemerintah desa --termasuk BUMDes-- belum memiliki kepekaan. Komitmen untuk terus mengawal dan membina para pegiat UMKM ini tidak dilakukan dengan baik. Hasilnya, kini nihil!.
Patut kiranya, dipertanyakan; kemana produk unggulan Desa Morosunggingan yang digadang mampu menopang pilar ekonomi kerakyatan? Apakah pelatihan hanya "seremoni" sekedar menghabiskan anggaran?
Selayaknya kesadaran (sebagai pamong rakyat), lebih diutamakan daripada 'main kepentingan". Mari kita koreksi bersama. (artikel ini disarikan berdasarkan pengamatan geliat UMKM di Morosunggingan, ditulis Cucuk Espe / Ali Yudha)
#UMKM #produkunggulan #morosunggingan
0 Komentar