Momentum Idul Adha 1443 H (2022) sejatinya adalah titik untuk saling instrospeksi dan melakukan otokritik. Beragam kebuntuan dalam praktek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, sepatutnya mencair pada momentum ini.
Tetapi apakah benar demikian?
Hanya diri kita yang bisa menjawab. Tentu kita tidak ingin momentum ini menjadi momentum "korban" yang meninggikan ego dan kepentingan. Tetapi kita ingin menjadi momentum "qurban" yang mengedepankan semangat kebersamaan.
Jadi, kita telah qurban atau menjadi korban? Mari berpikir.
(artikel ini ditulis di tengah pelaksanaan penyembelihan hewan qurban di Musholla Baitus Sa'adah, Ngrawe, Morosunggingan/ce)
0 Komentar